Sabtu, 05 Februari 2011

sejarah pulau sulawesi

“Pada mulanya belum ada Sulawesi. Yang
ada hanyalah laut di antara dua pulau. Lalu kedua pulau itu
bertabrakan. Maka jadilah pulau Sulawesi. Itu sebabnya pinggangnya
bergunung-gunung, banyak sungai, dan banyak besi, banyak emas” Begitulah
kata-kata orang tua (pakada tomatua).
Mitologi Toraja lain lagi, dalam
mitologi toraja digambarkan bahwa penutup bumi dulunya terlalu kecil,
sehingga para dewata mengurut-urut bola bumi, supaya bajunya pas.
Tahu-tahu, kebesaran, sehingga terjadilah kerut-kerut dan
lipatan-lipatan yang merupakan asal usul gunung gunung.
Profesor John A. Katili, ahli geologi
Indonesia yang merumuskan geomorfologi Pulau Sulawesi  bahwa terjadinya
Sulawesi akibat tabrakan dua pulau (Sulawesi bagian Timur dan Sulawesi
bagian Barat) antara 19 sampai 13 juta tahun yang lalu, terdorong oleh
tabrakan antara lempeng benua yang merupakan fundasi Sulawesi Timur
bersama Pulau-Pulau Banggai dan Sula, yang pada gilirannya merupakan
bagian dari lempeng Australia, dengan Sulawesi Barat yang selempeng
dengan pulau-pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatra, Sulawesi menjadi salah
satu wilayah geologis paling rumit di dunia.
Sederhananya boleh dikata bahwa busur
Sulawesi Barat lebih vulkanis, dengan banyak gunung berapi aktif di
Sulawesi Utara dan vulkan mati di Sulawesi Selatan. Sedangkan busur
Sulawesi Timur, tidak ada sisa-sisa vulkanisme, tapi lebih kaya mineral.
Sumber-sumber minyak dan gas bumi dari zaman Tertiary tersebar di
kedua busur itu, terutama di Teluk Tomini, Teluk Tolo, Teluk Bone,
serta di Selat Makassar.
Perbedaan geomorfologi kedua pulau yang
bertabrakan secara dahsyat itu menciptakan topografi yang bergulung
gulung, di mana satu barisan gunung segera diikuti barisan gunung lain,
yang tiba-tiba dipotong secara hampir tegak lurus oleh barisan gunung
lain. Kurang lebih seperti kalau taplak meja disorong dari beberapa
sudut dan arah sekaligus.Makanya jarang kita bisa mendapatkan
pemandangan seperti di Jawa, Sumatera, atau Kalimantan, di mana
gununggunung seperti kerucut dikelilingi areal persawahan atau hutan
sejauh mata memandang. Kecuali di Sulawesi Selatan (itupun di selatan
Kabupaten Enrekang), kita sulit menemukan hamparan tanah pertanian yang
rata.
Sederhananya, Sulawesi adalah pulau
gunung, lembah, dan danau, sementara dataran yang subur, umumnya
terdapat di sekeliling danau-danau yang bertaburan di keempat lengan
pulau Sulawesi. Ekologi yang demikian ikut menimbulkan begitu banyak
kelompok etno-linguistik. Setiap kali satu kelompok menyempal dari
kelompok induknya dan berpindah menempati sebuah lembah atau dataran
tinggi di seputar danau, kelompok itu terpisah oleh suatu benteng alam
dari kelompok induknya, dan lewat waktu puluhan atau ratusan tahun,
mengembangkan bahasa sendiri. Geomorfologi yang khas ini menyebabkan
pinggang Sulawesi Tana Luwu dan Tana Toraja di provinsi Sulawesi
Selatan, bagian selatan Kabupaten Morowali, Poso, dan Donggala di
provinsi Sulawesi Tengah, dan bagian pegunungan provinsi Sulawesi Barat
sangat kaya dengan berbagai jenis bahan galian.Batubara terdapat di
sekitar Enrekang, Makale, dan Sungai Karama.
Juga di Sulawesi Barat sebelah utara, di
mana terdapat tambang batubara dan banyak jenis logam tersebar di
berbagai pelosok Sulawesi. Tembaga dan nikel terdapat di sekitar
Danau-Danau Matano, Mahalona dan Towuti. Bijih besi bercampur nikel,
yang diduga berasal dari meteor, memungkinkan lahirnya pandai besi di
lembah-lembah Rampi, Seko dan Rompong di hulu Sungai Kalaena (Luwu
Utara) dan di Ussu, dekat Malili (Luwu Timur), yang ilmunya ditularkan
ke pandai besi asal Toraja, yang selanjutnya menularkannya ke pandai
besi Bugis. Guratan besi-nikel itu dikenal sebagai pamor Luwu atau pamor
Bugis oleh empu penempa keris di Jawa, dan membuat Kerajaan Luwu kuno
dikenal sebagai pengekspor besi Luwu. Di masa kini, salah satu pusat
konsentrasi pandai besi Toraja letaknya di lereng Sesean, gunung
tertinggi di Tana Toraja. Bijih emas pun banyak terdapat di pinggang
Sulawesi, karena biasanya mengikuti keberadaan bijih tembaga. (Dari
berbagai Sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar